Kisah Makanan Sisa dan Matinya Ayam Sedunia
![]() |
kompasiana.com |
Kalau makan di habisin, kalau nggak di habisin
ayammu mati pernah mendengar nasihat
ini? ya, sebagian pasti sudah apalagi kalau orang Jawa dan lahir di tahun 90an.
Sewaktu kecil, nasihat seperti itu seringkali dilontarkan oleh para orangtua
kepada si anak jika tidak menghabiskan makanannya. Pada awalnya rasa takut
masih mendominasi dalam hati. Bagaimana tidak, hanya gara – gara makan tidak
dihabiskan ayamku bisa mati. Sewaktu itu karena takut akhirnya mau tidak mau
makanan harus di habiskan.
Seiring berjalannya waktu dan mulai
mendewasakan diri, sebenarnya apa hubungannya antara makanan tidak habis dan
ayam mati padahal logikanya jika makanan tidak habis, makanan sisa juga
berujung di kandang ayam. Hmm,
orangtua memang terkadang berlebihan (kata anak yang hidup tahun 90an).
Rekomendasi pantai Gunungkidul untuk camping : https://kitadanransel.blogspot.com/2018/09/10-pantai-gunungkidul-yang-cocok-untuk_4.html
Setelah tumbuh lebih dewasa lagi,
bagaimana jika ada orang yang tidak menghabiskan makanan tidak memiliki ayam di
pekarangannya. Berujung kemanakah makanan sisa tersebut?. Setelah mencari tahu
lebih dalam ternyata makanan sisa berujung di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Seorang Kepala Perwakilan Badan Pangan PBB (FAO) , Bapak Mark Smulders
mengatakan bahwa di Indonesia sampah makanan mencapai 13 ton setiap tahunnya. Funtastic. Butuh berapa ratus ribu ayam
untuk menghabiskan 13 ton makanan sisa tersebut. Belum lagi jika dihitung
berapa puluh liter air yang digunakan oleh para petani untuk mengairi padi di
sawahnya hingga menjadi nasi yang siap santap. Belum lagi jika sampah berasal
dari sayur – sayuran berapa karung pupuk yang digunakan, dan bensin yang di
habiskan untuk mengantar sayur – sayuran ke pasar?.
Belum lagi menurut Pusat Studi
Kebumian, Bencana, dan Perubahan Iklim Institut Teknologi Surabaya (ITS), FAO
memperkirakan bahwa sepertiga dari produksi pangan global akan terbuang atau
hilang. Limbah makanan itu menguras potensi sumber daya alam yang besar, namun
justru menjadi kontributor terhadap dampak lingkungan yang negatif.
Setelah berada di tempat pembuangan sampah, makanan rusak akan menghasil
kan gas metan, metana 23 kali lebih kuat daripada CO2 untuk menyumbang emisi gas rumah kaca.
Karena efek rumah kaca, sinar
matahari memancarkan radiasi ultraviolet ke bumi yang akan diterima oleh bumi
dan dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah. Atmosfer akan
meneruskan radiasi inframerah ini ke luar angkasa. Namun karena terdapat gas
rumah kaca yang terperangkap di atmosfer akan menghalanginya sehingga
dipantulkannya kembali radiasi infeamerah ini ke bumi. Ditambah dengan radiasi
ultraviolet dari matahari, akan menyebabkan naikknya suhu permukan bumi. Karena
hal itulah makanan yang terbuang berkontribusi dalam pemanasan global.
Setelah di pikirkan nasihat
orangtua tentang “Makanan yang tidak dihabiskan membuat ayam mati” semakin
masuk akal. Ternyata orangtua tidak berlebihan dalam menyampaikan nasihat, justru
orangtua kita sudah memikirkan dampak yang sangat panjang jika kita sering
menyisakan makanan saat makan. Makanan sisa menyebabkan pemanasan global, lama
– lama pemanasan global jika dibiarkan akan membunuh ayam kita bahkan ayam –
ayam yang ada di seluruh dunia. Mulai saat ini alangkah baiknya jika menuruti
nasihat orangtua, untuk menjaga masadepan dan kehidupan yang lebih baik.
Komentar